PURBALINGGA-Komunitas dan pegiat perfilman dari Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga mengubah forum komunikasi yang mereka bentuk menjadi sebuah asosiasi. Keputusan itu diambil dalam “Jambore Film Banyumas” di Bumi Perkemahan Munjuluhur Purbalingga, Sabtu-Minggu, 20-21 Oktober 2007.
Selain pelajar dan pekerja film lokal, jamboree diikuti pegiat film Banyumas yang bekerja di luar Banyumas. Banjarnegara tidak memiliki wakil akibat komunitasnya belum kokoh.
“Pertemuan menyepakati asosiasi akan memberi dukungan terhadap komunitas. Selain program dan pendanaan, diharapkan bisa memberi bantuan peralatan dan sumber daya manusia,” kata pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo Leksono.
Langkah itu perlu diambil karena meski film Banyumas telah mencapai perkembangan cukup berarti, beberapa komunitas masih menghadapi kesulitan dalam produksi dan manajerial karya.
Di tingkat nasional, lanjut dia, sudah muncul kebutuhan untuk mengapresiasi karya-karya para sineas asal Banyumas. “Itu didorong oleh kemenangan film Banyumas di beberapa festival. Namun kami belum bisa membuat pusat data film yang memadai untuk memudahkan mereka,” tambahnya.
Bisa berubah
Programer film, Dimas Jayasrana, mengatakan negara Eropa sudah melongok film Banyumas. Mereka ingin membawa program ke daerah yang sampai saat ini belum cukup dianggap sebagai pusat seni semacam Yogyakarta itu.
“Paling tidak sudah dua tawaran yang kami tolak karena kalau hanya komunitas dikhawatirkan terlalu lemah. Melalui asosiasi keadaan bisa berubah di masa mendatang,” ujarnya. Selama ini, menurut dia, peredaran film Banyumas di berbagai festival, termasuk mancanegara, efektif mengenalkan budaya Banyumas serta kegiatan seninya.
Jika lembaga dari luar yang mendatangi Banyumas, akan bermanfaat untuk mendukung kampanye pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi. “Aktivitas perfilman yang kebanyakan digawangi anak muda juga bisa memberikan kontribusi nyata bagi daerah, selain menaikkan pamor budaya Banyumasan,” ujarnya.
Asosiasi disepakati bernama Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) dan Andreas (Banyumas) dipilih sebagai direkturnya. Kantor pusat di Kota Purwokerto. Uniknya, strategi pendanaan asosiasi terutama disokong oleh iuran anggota, khususnya yang sudah bekerja.
“November-Desember kami akan fokus ke tiga festival film di Jakarta dan Yogyakarta. Setelah itu mulai menyusun program bagi komunitas,” tutur Andreas. Sigit Harjanto-Suara Merdeka-23 Oktober 2007
Selain pelajar dan pekerja film lokal, jamboree diikuti pegiat film Banyumas yang bekerja di luar Banyumas. Banjarnegara tidak memiliki wakil akibat komunitasnya belum kokoh.
“Pertemuan menyepakati asosiasi akan memberi dukungan terhadap komunitas. Selain program dan pendanaan, diharapkan bisa memberi bantuan peralatan dan sumber daya manusia,” kata pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo Leksono.
Langkah itu perlu diambil karena meski film Banyumas telah mencapai perkembangan cukup berarti, beberapa komunitas masih menghadapi kesulitan dalam produksi dan manajerial karya.
Di tingkat nasional, lanjut dia, sudah muncul kebutuhan untuk mengapresiasi karya-karya para sineas asal Banyumas. “Itu didorong oleh kemenangan film Banyumas di beberapa festival. Namun kami belum bisa membuat pusat data film yang memadai untuk memudahkan mereka,” tambahnya.
Bisa berubah
Programer film, Dimas Jayasrana, mengatakan negara Eropa sudah melongok film Banyumas. Mereka ingin membawa program ke daerah yang sampai saat ini belum cukup dianggap sebagai pusat seni semacam Yogyakarta itu.
“Paling tidak sudah dua tawaran yang kami tolak karena kalau hanya komunitas dikhawatirkan terlalu lemah. Melalui asosiasi keadaan bisa berubah di masa mendatang,” ujarnya. Selama ini, menurut dia, peredaran film Banyumas di berbagai festival, termasuk mancanegara, efektif mengenalkan budaya Banyumas serta kegiatan seninya.
Jika lembaga dari luar yang mendatangi Banyumas, akan bermanfaat untuk mendukung kampanye pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi. “Aktivitas perfilman yang kebanyakan digawangi anak muda juga bisa memberikan kontribusi nyata bagi daerah, selain menaikkan pamor budaya Banyumasan,” ujarnya.
Asosiasi disepakati bernama Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) dan Andreas (Banyumas) dipilih sebagai direkturnya. Kantor pusat di Kota Purwokerto. Uniknya, strategi pendanaan asosiasi terutama disokong oleh iuran anggota, khususnya yang sudah bekerja.
“November-Desember kami akan fokus ke tiga festival film di Jakarta dan Yogyakarta. Setelah itu mulai menyusun program bagi komunitas,” tutur Andreas. Sigit Harjanto-Suara Merdeka-23 Oktober 2007
Judul: Pegiat Film Se-Banyumas Membentuk Asosiasi
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen ByUnknown
Thaks For Visiting My Blogs
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen ByUnknown
Thaks For Visiting My Blogs
0 comments "Pegiat Film Se-Banyumas Membentuk Asosiasi", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment