Ditulis oleh: -

Masjid Syaid Kuning (Mesjid Onje)

MASJID Sayid Kuning di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, selama ini lebih dikenal sebagai pusat pelestarian ajaran Tarikat Islam Aboge daripada sebagai situs purbakala. Nama Islam Aboge, biasanya ramai dibicarakan pada saat menjelang penetuan awal Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Hal itu terjadi lantaran ketentuan hari-hari atau tanggal tersebut kerap berbeda dari ketetapan pemerintah dan umat Islam lainnya.
Ajaran Islam Aboge sendiri kali pertama diperkenalkan oleh Ngabdullah Syarif Sayid Kuning. Dalam buku Sejarah Lahirnya Purbalingga, rekontruksi hasil penelitian LPM UGM Yogyakarta 2007, ia disebut dengan nama Sayid Abdullah. Rekontruksi sejarah itu dibangun berdasarkan cerita yang berasal dari beberapa babad yang ada di Purbalingga dan Banyumas. Aboge Terminologi aboge sendiri merupakan akronim dari kata Alif, Rebo, dan Wage. Aboge adalah sistem penghitungan kalender yang didasarkan pada masa peredaran windu atau delapan tahun. Satu windu menurut kalender Aboge terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim awal, Za, Dal, Ba, Wawu, dan Jim akhir.
Menurut kalender Aboge, 1 Muharam yang pertama dipercaya jatuh pada tahun Alif, hari Jumat, dengan pasaran Pon. Tahun Alif adalah tahun pertama, sedangkan hari Jumat dan pasaran Pon adalah hari dan pasaran pertama.Kalender Aboge mengenal lima pasaran; yaitu Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing. Kemudian jumlah hari dalam sebulan rata-rata 29 hingga 30 hari.
Dengan sistem kalender itu, penganut Aboge dapat menentukan kapan dan pada hari apa 1 Ramadan atau 1 Syawal tiba. Sistem perhitungan itu kerap menimbulkan perbedaan antara penganut Aboge dengan umat Islam lainnya, termasuk ketetapan pemerintah dalam penetapan awal puasa Ramadan. Sayid Kuning Sebenarnya, silsilah atau asal-usul Raden Sayid Kuning sendiri tidak begitu jelas. Dalam buku sejarah versi Babad Purbalingga, hanya ada tokoh bernama Sayid Abdullah atau Kyai Samsudin. Pada versi Babad Onje, nama Abdullah disebut dengan Ngabdullah (hlm 27).Versi Babad Purbalingga menyebutkan, Sayid Abdullah adalah menantu Adipati Onje II, Kiai Dipati Anyakrapati. Dia mempersunting putri pertama Anyakrapati _hasil perkawinannya dengan istri kedua_, yaitu putri Adipati Pasir Luhur (hlm 23).
Sementara itu versi Babad Onje justru menyebutkan tokoh bernama Abdullah (Ngabdullah) sebagai Kiai Dipati Anyakrapati. Dia adalah anak tiri Kiai Tepusrumput atau yang dikenal dengan nama Ki Ageng Ore-Ore (Adipati Onje I) (hlm 27). Namun dalam peta silsilah Babad Banyumas (hlm 37); sub-bagian Babad Purbalingga (Onje) disebutkan bahwa Sayid Abdullah adalah suami dari Putri Adipati Onje II, hasil perkawinan dengan Putri Pasir Luhur. Adipati Onje II punya dua istri, yaitu Putri Cipaku dan Putri Pasir Luhur. Karena perselisihan, keduanya lalu dibunuh. Sebagai gantinya, disuntinglah putri Kiai Pingen bernama Arenan. Adipati Onje I menyebarkan agama Islam pada kurun waktu antara Abad XVI sampai XVII. Setelahnya, dilanjutkan oleh Sayid Kuning. Oleh masyarakat, nama Raden Sayid Kuning dikenal sebagai ulama penerus perjuangan Adipati Onje dalam menyebarkan agama Islam. Sayid Kuning-lah yang menciptakan sistem kalender Aboge, yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh pengikutnya. Masjid Tertua Meski belum ada penelitian arkeologi, namun Masjid Sayid Kuning (Masjid Onje) diyakini sebagai masjid tertua di Purbalingga. Bahkan usia masjid tersebut diperkirakan lebih tua dari Masjid Agung Demak.
Masjid Onje dibangun sekitar Abad XIII oleh Syekh Syamsudin. Kali pertama dibangun, empat tiang penyangga utama dibuat dari batang pohon pakis, dan atapnya dibuat dari ijuk. Sayangnya tidak ada tanda-tanda khusus, baik berupa goresan, tulisan, gambar, maupun simbol lain yang menunjukkan angka tahun pembuatannya.
Judul:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen ByUnknown

Thaks For Visiting My Blogs

0 comments " ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment