Sejarah Purbalingga (19) : KIAI ARSANTAKA

Ditulis oleh: -

Setelah lama hidup membujang, Adipati Onje Raden Hanyakrakusuma kemudian kawin lagi dengan seorang puteri dari Arenan. Bila dilihat dari segi usia, perkawinan antara Adipati Onje dengan puteri Arenan ini sebenarnya tidak seimbang.

Dari perkawinan ini ia menurunkan Kiai Yudantaka, dan Kiai Arsantaka. Kiai Yudantaka empunyai kegemaran bertani, ketika wafat jenazahnya dimakamkan di desa Kedungwringin termasuk Kecamatan Kalimanah, Purbalingga.

Sebaliknya Kiai Arsantaka, karena tidak cocok dengan saudara-saudaranya (Putera-puteri Adipati Onje dari isteri terdahulu) terpaksa meninggalkan Onje dan berkelana ke timur. Di desa Masaran (Kecamatan Bawang, Banjarnegara) lalu diambil anak angkat oleh Kiai Rindik yang semula bernama Kiai Wanakusuma.

Tahun 1740-1760 Kiai Asantaka mejabat demang Pagendolan yang sekarang termasuk desa Masaran. Ia mempunyai dua isteri. Masing-masing Nyai Merden (keturunan Raden Wargautama II), Bupati Banyumas) dan Nyai Kedunglumbu.

Dalam perkawinannya dengan Nyai Merden, ia menurunkan:
1.      Kiai Arsamenggala,
2.      Kiai Dipayuda Gabug,
3.      Kiai Arsayuda yag kemudian bergelar Tumenggung Dipayuda III, Bupati pertama Purbalingga,
4.      Kiai Ranumenggala, Demang Pasiraman,
5.      Nyai Pancaprana

Sedang dengan Nyai Kedunglumbu hanya menurunkan seorang putera yaitu, Mas Candiwijaya Patih Purbalingga.

Pada akhir hayatnya Kiai Arsantaka dan Nyai Merden dimakamkan di desa Masaran tersebut diatas. Tetapi atas pertimbangan ahli warisnya batu nisan kedua makam itu dipindah ke makam Pakuncen Purbalingga Lor yang sampai sekarang dikenal dengan nama Makam Arsantaka.

Waktu itu desa-desa Purbalingga dan Banjarnegara belum mempunyai Adipati. Kademangan Pagendolan masih dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk Kecamatan Kutasari, Purbalingga). Ngabehi Karanglewas adalah Tumenggung Dipayuda I yang mempunyai atasan lagi yaitu Adipati Banyumas Yudanegara III, tahun 1730-1749. Tumenggung Yudanegara III adalah kakak dari Ngabehi Karanglewas, sama-sama putera Yudanegara II yang menjadi Adipati Banyumas tahun 1710-1728.

Tahun 1749 pecah perang Mnagkubumen. Pasukan Banyumas dipimpin Raden Tumenggung Yudanegara III sebagai panglima perang. Sedangkan Tumenggung Dipayuda I dan Kiai Arsantaka merupakan komandan-komandan kesatuan bawahnya.

Dalam pertempuran yang terjasi disebelahbarat sungai Bogowonto, Raden Tumenggung Dipoyudo I gugur, jenazahnya hilang. Berkat ketekunan dan keberanian Kiai Arsantaka jenazah tersebut berhasil ditemukan kembali di desa Jenar, kemudian dimakamkan di “Astana Redi Bendungan” desa Dawuhan, Banyumas. Selanjutnya dikenal degan sebutan Ngabehi Seda Jenar.

Kedudukan Raden Tumenggung Dipayuda I digantikan putera dari Tumenggung Yudanegara III dengan gelar Tumenggung Dipayuda II sebagai rasa terima kasih, Raden Tumenggung Yudanegara III mengambil menantu putera Kiai Arsantaka yaitu Kiai Arsayuda. Bahkan Kiai Arsyuda diangkat menjadi Patih Karanglewas mendampingi Raden Dipayuda II.

Karena sakit-sakitan, Raden Tumenggung Dipayuda II, tidak lama menjabat Ngabehi Karanglewas (tahun 1755-1758). Ia disebut pula Nagabehi Seda Benda. Jabatannya dilimpahkan kepada Kiai Arsayuda yang kemudian bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.

Maka sampai disinilah keturunan Banyumas dan dimulainya keturunan Kiai Arsantaka yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Purbalingga.

Sumber : Babad dan Sejarah Purbalingga, Tri Atmo; Pemerintah DATI II Purbalingga; 1984.

Judul: Sejarah Purbalingga (19) : KIAI ARSANTAKA
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen ByUnknown

Thaks For Visiting My Blogs

2comments:

  1. wah begini ternyata ya sejarah purbalingga

    butuh kerja di purbalingga
    buka aja Lowongan Kerja Purbalingga

    ReplyDelete
  2. dapat cerita darimana.. apa ada bukunya???

    ReplyDelete